Oleh : Rosmawati Yanuar )*
Pemerintah tengah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap alokasi anggaran dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG) guna mencegah terjadinya penyalahgunaan dana. Program unggulan yang bertujuan meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia, terutama di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), membutuhkan sistem tata kelola yang solid dan transparan agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Evaluasi ini merupakan langkah penting demi menjamin keberlanjutan dan efektivitas program, serta menjaga kepercayaan publik terhadap pelaksanaannya.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menegaskan selama ini pihaknya telah menyalurkan dana MBG sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penyaluran dilakukan melalui transfer langsung ke rekening Virtual Account atas nama Yayasan Mitra penerima, sebagai mitra pelaksana. Skema ini dirancang untuk memastikan akuntabilitas keuangan dan memudahkan proses audit. Meski begitu, Dadan menegaskan pentingnya peningkatan pengawasan, termasuk memperketat proses seleksi mitra kerja dan memperkuat sistem evaluasi internal di seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Hal ini diperlukan untuk menghindari potensi penyimpangan yang bisa menghambat keberhasilan program.
BGN juga mengimbau semua pihak yang terlibat dalam program MBG dapat secara aktif melakukan evaluasi terhadap kinerjanya masing-masing. Dengan demikian, koordinasi antar lembaga bisa berjalan lebih efektif, dan hambatan teknis maupun administratif dapat segera diatasi. Dadan menambahkan bahwa BGN tetap berkomitmen menjalankan program MBG sesuai jadwal, dengan fokus utama pada peningkatan kualitas gizi masyarakat, khususnya anak-anak usia sekolah.
Dukungan terhadap langkah evaluasi ini datang dari legislatif. Anggota Komisi IX DPR RI, Irma Suryani Chaniago, menyatakan bahwa berdasarkan klarifikasi yang diterimanya dari Kepala BGN, proses penyaluran anggaran dari BGN ke yayasan telah berjalan lancar. Bahkan, BGN telah menyediakan dana pembelanjaan untuk keperluan seminggu ke depan tiap bulan, sehingga tidak ada alasan bagi pelaksana program untuk mengalami keterlambatan distribusi makanan.
Namun demikian, menurut Irma tetap perlu dilakukan perbaikan dalam tata kelola distribusi dan pembayaran program. Pihaknya berharap ada sistem distribusi yang lebih transparan dan efisien, agar kejadian seperti terhentinya pengiriman makanan ke sekolah-sekolah tidak terulang kembali. Untuk itu, reformasi tata kelola harus segera dilakukan, agar tujuan mulia program MBG benar-benar tercapai.
Di sisi lain, pengawasan terhadap program MBG juga diperkuat di daerah, khususnya di wilayah Papua. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Papua aktif melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan MBG agar program ini tepat sasaran dan berjalan efektif. Kepala BPKP Papua, Sapto Agung Riyadi, menyebut bahwa program MBG telah berjalan di sejumlah daerah seperti Merauke, Yahukimo, dan Wamena. Fokus pengawasan difokuskan pada jumlah penerima manfaat dan keberlanjutan suplai makanan. BPKP ingin memastikan bahwa dana tidak tersendat sehingga tidak memicu kenaikan harga atau terputusnya alur distribusi makanan.
Sapto juga menyatakan bahwa pihaknya akan terus memantau pelaksanaan program ini agar manfaatnya benar-benar dirasakan oleh para siswa. Ini merupakan bagian dari komitmen pengawasan terhadap program nasional yang diluncurkan oleh Presiden Prabowo sebagai salah satu prioritas utama di bidang kesejahteraan rakyat.
Langkah kolaboratif antara lembaga eksekutif, legislatif, dan pengawas keuangan ini menunjukkan bahwa pemerintah serius dalam menjamin keberhasilan program MBG. Evaluasi menyeluruh terhadap alokasi anggaran dan sistem tata kelolanya merupakan pendekatan yang strategis untuk memperbaiki kekurangan serta mencegah potensi penyimpangan keuangan. Di saat yang sama, program tetap dijalankan agar manfaatnya tidak terputus bagi masyarakat yang membutuhkan.
Penting untuk diingat bahwa program MBG bukan sekadar distribusi makanan bergizi, tetapi merupakan investasi jangka panjang dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia. Anak-anak yang tumbuh dengan asupan gizi yang cukup memiliki peluang lebih besar untuk belajar dengan baik, tumbuh sehat, dan berkembang secara optimal. Oleh karena itu, pelaksanaan program ini harus mendapat prioritas dan pengawasan maksimal.
Ke depan, keterlibatan masyarakat juga perlu ditingkatkan dalam memantau pelaksanaan program ini. Transparansi informasi dan mekanisme pelaporan yang mudah diakses oleh publik dapat menjadi langkah penting dalam membangun sistem pengawasan partisipatif. Selain itu, pelibatan pemerintah daerah secara aktif dalam distribusi dan pengawasan juga bisa meningkatkan efektivitas pelaksanaan MBG.
Program ini merupakan refleksi dari kehadiran negara dalam menjamin hak dasar warga negara, yaitu memperoleh gizi yang cukup dan seimbang. Oleh karena itu, pemerintah harus memastikan bahwa tidak ada celah dalam pelaksanaannya yang dapat merusak tujuan mulia tersebut. Evaluasi anggaran dan pengawasan yang ketat bukan hanya tentang administrasi, tetapi tentang menjaga amanah dan harapan rakyat yang tergantung pada keberhasilan program ini.
Dengan koordinasi yang baik antara lembaga pusat dan daerah, serta sistem pengawasan yang diperkuat, program Makanan Bergizi Gratis diyakini mampu mencapai tujuannya secara optimal. Evaluasi ini diharapkan menjadi momentum untuk menyempurnakan pelaksanaan program dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap komitmen pemerintah dalam membangun generasi Indonesia yang sehat dan berkualitas.
)* Penulis merupakan pengamat kebijakan kesehatan masyarakat
Leave a Reply