Waspadai Seruan Indonesia Gelap Jilid II Ganggu Kekhidmatan Bulan Ramadhan

Oleh : Ilham Ramadhan )*

Ajakan untuk menggelar demonstrasi “Indonesia Gelap Jilid II” kembali mencuat di tengah berlangsungnya bulan suci Ramadhan. Seruan aksi ini berpotensi mengganggu kekhidmatan umat Muslim dalam menjalankan ibadah serta menghambat berbagai program pembangunan nasional yang tengah berlangsung.

Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, menegaskan bahwa pemerintahan Prabowo Subianto telah menjalankan berbagai kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat. Pemerintah tengah bekerja keras menjawab berbagai tuntutan masyarakat, sehingga kritik yang disampaikan seharusnya bersifat membangun dan tidak merusak proses pemerintahan yang tengah berjalan.

Dalam konteks ini, ajakan untuk menggelar demonstrasi “Indonesia Gelap Jilid II” perlu dicermati secara kritis. Gerakan ini dinilai lebih sebagai bentuk provokasi yang berpotensi mengganggu ketertiban umum serta menghambat berbagai program pembangunan nasional. Daripada terlibat dalam aksi yang kontraproduktif, masyarakat sebaiknya memberikan dukungan bagi pemerintah agar percepatan pembangunan dapat terus berlangsung. Jangan sampai energi bangsa hanya terkuras untuk hal-hal yang tidak memiliki manfaat secara langsung.

Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), turut menyampaikan optimisme bahwa masa depan Indonesia tidaklah gelap. Dengan kerja keras dan kolaborasi dari seluruh elemen bangsa, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju. Ia menekankan pentingnya peran masyarakat dalam menciptakan masa depan yang lebih baik, bukan justru terjebak dalam aksi yang dapat menghambat kemajuan.

SBY juga menyoroti bahwa Indonesia adalah negara yang penuh harapan. Perdebatan dan kritik terhadap pemerintah memang penting, tetapi harus diiringi dengan tindakan nyata yang bersifat konstruktif. Kritik yang hanya berorientasi pada provokasi tanpa solusi justru dapat merugikan kepentingan masyarakat luas.

Seruan demonstrasi “Indonesia Gelap Jilid II” menjadi tantangan tersendiri bagi stabilitas nasional. Jika aksi ini berlangsung dalam skala besar, maka potensi gangguan terhadap berbagai sektor kehidupan, termasuk ekonomi dan sosial, menjadi semakin nyata. Padahal, pemerintah tengah berupaya keras untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang sedang berjalan.

Selain berdampak pada pembangunan, seruan aksi ini juga berpotensi mengganggu kekhidmatan bulan suci Ramadhan. Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadikan Ramadhan sebagai momentum yang menyenangkan dan menenangkan. Ramadhan adalah bulan yang penuh makna, sehingga sudah sepatutnya umat Muslim dan masyarakat secara umum memanfaatkan kesempatan ini untuk memperbanyak aktivitas positif.

Menag menekankan bahwa Ramadhan adalah bulan istimewa, di mana banyak peristiwa penting dalam sejarah terjadi, termasuk proklamasi kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh umat beragama untuk membangun energi positif dan menetapkan momentum ini sebagai ajang untuk memperkuat persatuan bangsa. Demonstrasi yang berpotensi menimbulkan gesekan sosial justru bertentangan dengan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi selama bulan suci ini.

Menjaga situasi tetap kondusif selama Ramadhan sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Ramadhan adalah waktu bagi umat Muslim untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, menjalankan ibadah dengan khusyuk, serta memperkuat hubungan sosial melalui berbagai kegiatan positif seperti berbagi dengan sesama. Aksi demonstrasi yang berpotensi menimbulkan kericuhan hanya akan mengganggu suasana spiritual dan kebersamaan masyarakat.

Selain itu, ketenangan selama bulan suci ini juga mendukung kelancaran aktivitas ekonomi, terutama bagi para pelaku usaha kecil dan menengah yang banyak mengandalkan momentum Ramadhan untuk meningkatkan pendapatan. Jika situasi tidak kondusif, maka perekonomian masyarakat bisa terganggu, yang pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Oleh karena itu, menciptakan suasana yang aman dan damai selama Ramadhan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat.

Dalam situasi seperti ini, mahasiswa sebagai elemen intelektual bangsa diharapkan mampu berpikir jernih dan tidak mudah terprovokasi oleh ajakan-ajakan yang tidak jelas arah dan tujuannya. Gerakan mahasiswa memang memiliki sejarah panjang dalam memperjuangkan demokrasi, tetapi harus tetap berlandaskan pada kajian akademik dan moralitas yang tinggi. Mahasiswa seharusnya mendorong perubahan melalui jalur yang lebih strategis dan solutif.

Indonesia saat ini membutuhkan kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak untuk terus maju. Program-program nasional yang tengah berjalan, mulai dari pembangunan infrastruktur, penguatan ketahanan pangan, hingga peningkatan kesejahteraan sosial, memerlukan dukungan penuh dari masyarakat. Ketika ada pihak yang mencoba menghambat laju pembangunan melalui aksi-aksi provokatif, maka masyarakat perlu bersikap bijak dan tidak mudah terpengaruh.

Tantangan bangsa saat ini bukanlah tentang kegelapan yang disuarakan oleh kelompok tertentu, melainkan bagaimana semua elemen bangsa dapat berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih cerah. Dengan semangat persatuan dan gotong royong, Indonesia dapat terus melangkah maju tanpa terjebak dalam narasi pesimistis yang tidak berdasar.

Oleh karena itu, seruan demonstrasi “Indonesia Gelap Jilid II” sebaiknya dibatalkan karena tidak membawa manfaat nyata bagi bangsa maupun mewakili kepentingan masyarakat umum. Lebih baik fokus pada upaya bersama dalam mendukung pembangunan dan menjaga stabilitas nasional demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

)* Penulis adalah pengamat sosial

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *