Pemerintah Dorong Swasembada Energi Lewat Energi Terbarukan

Oleh: Sadewa Ananta )*

Pemerintah Indonesia terus mendorong pencapaian swasembada energi melalui pengembangan energi terbarukan dan pemanfaatan sumber daya domestik secara optimal. Langkah ini menjadi bagian dari strategi untuk memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Presiden Prabowo Subianto menekankan bahwa kemandirian energi tidak hanya menekan defisit anggaran akibat subsidi bahan bakar dan ketergantungan impor, tetapi juga menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional. Presiden menilai, jika Indonesia berhasil mencapai swasembada energi, negara bisa menghemat hingga US$58 miliar per tahun dari pengurangan subsidi dan biaya impor energi.

Presiden Prabowo menilai pencapaian swasembada energi dapat diwujudkan melalui peningkatan kapasitas produksi listrik hingga 100 gigawatt. Ia optimistis, dengan percepatan pembangunan dan fokus pada proyek strategis, Indonesia mampu mencapai target tersebut dalam empat hingga lima tahun mendatang. Kemandirian energi, menurutnya, bukan sekadar soal ketersediaan listrik murah bagi masyarakat, tetapi juga mendorong penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing industri, dan efisiensi biaya produksi.

Dalam konteks pembangunan infrastruktur energi, Direktur Utama PGN, Arief S. Handoko, menjelaskan bahwa PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mempercepat pengembangan jaringan gas bumi dengan prinsip integrasi menyeluruh. Integrasi jaringan pipa dan fasilitas nonpipa memungkinkan perusahaan lebih fleksibel dalam memenuhi permintaan dan memperluas pasar di berbagai wilayah Indonesia. PGN tetap melanjutkan konektivitas melalui jaringan pipa distribusi di Indonesia bagian barat untuk menjamin keandalan pasokan dan membuka akses ke pelanggan baru.

Beberapa proyek penting yang dijalankan PGN antara lain Pipa Dumai–Sei Mangke yang menyalurkan gas dari Sumatera Utara dan Aceh ke Sumatera bagian tengah dan selatan, serta Pipa Transmisi Cirebon–Semarang yang menyalurkan surplus gas dari Jawa Timur ke Jawa bagian barat.

Selain itu, PGN mengembangkan konversi bahan bakar minyak ke gas di Kilang Cilacap dan memperluas akses gas bumi di sisi selatan Pulau Jawa melalui Pipa Tegal–Cilacap. Tahun 2025, PGN menargetkan penambahan 200.000 sambungan rumah baru melalui jaringan gas rumah tangga.

Pengembangan jaringan gas juga mendukung hilirisasi industri, seperti proyek Pipa Bintuni–Fakfak untuk menyuplai gas ke pabrik petrokimia, serta distribusi gas ke kawasan industri di Makassar, Parimo, Morowali, dan Teluk Bintuni. Infrastruktur gas bumi nonpipa, termasuk fasilitas LNG di wilayah tengah dan timur Indonesia, digunakan untuk memenuhi permintaan sektor smelter dan pembangkit listrik, termasuk kerja sama dengan PLN EPI untuk gasifikasi pembangkit listrik di Papua utara. PGN juga menjalankan revitalisasi Tangki LNG Hub Arun untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan LNG, dengan progres konstruksi mencapai 73 persen.

Selain PGN, PT Pertamina (Persero) menekankan peran strategisnya dalam mendukung swasembada energi nasional. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyatakan bahwa perusahaan bertanggung jawab memastikan ketersediaan energi bagi masyarakat melalui optimasi bisnis agar operasional berjalan lebih efisien dan efektif, sehingga memberikan manfaat optimal bagi keberlanjutan perusahaan.

Target ambisius Pertamina hingga 2029 mencakup peningkatan produksi minyak dari 560 ribu barel per hari menjadi 914 ribu barel per hari, serta produksi gas dari 2.713 MMSCFD menjadi 3.470 MMSCFD. Intake kilang juga ditingkatkan dari 315 juta barel saat ini menjadi 382 juta barel, dengan target penjualan BBM naik dari 72 juta kiloliter menjadi 90 juta kiloliter pada 2029. Pertamina juga memperluas layanan energi bersih dengan meningkatkan jaringan gas rumah tangga dari 67 ribu sambungan menjadi 414 ribu sambungan, sebagai bagian dari penyediaan energi alternatif yang ramah lingkungan.

Direksi Pertamina menegaskan bahwa meskipun menghadapi tantangan global, seperti fluktuasi harga minyak dan ketidakpastian geopolitik, perusahaan berkomitmen menjalankan roadmap untuk mendukung target pemerintah menuju swasembada energi nasional.

Pertamina juga menekankan komitmennya mencapai target Net Zero Emission 2060 melalui program berkelanjutan yang sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis.

Dengan percepatan pembangunan infrastruktur gas oleh PGN, optimasi operasional Pertamina, dan pengembangan energi bersih, pemerintah menegaskan bahwa swasembada energi bukan sekadar target teknis. Upaya ini merupakan instrumen strategis untuk memperkuat ketahanan energi, mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, serta memastikan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Langkah-langkah ini menegaskan komitmen pemerintah dalam mewujudkan Indonesia yang mandiri, berkelanjutan, dan mampu menghadapi tantangan energi di masa depan.

Upaya pemerintah dalam mendorong swasembada energi juga diarahkan pada peningkatan bauran energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan biomassa. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menekankan pentingnya transisi energi hijau yang tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.

Dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan yang melimpah, Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan menciptakan sistem energi yang lebih tangguh. Investasi besar dalam riset dan inovasi teknologi energi bersih pun terus digalakkan agar Indonesia mampu bersaing di kancah internasional dan menjadi pusat energi berkelanjutan di kawasan Asia.

)* Penulis adalah Pengamat Gas dan Perminyakan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *