Oleh: Rafi Alamsyah )*
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu kebijakan unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang dinilai membawa perubahan nyata bagi kualitas sumber daya manusia dan pemerataan ekonomi nasional. Program ini tidak hanya menyediakan makanan gratis bagi anak-anak sekolah, tetapi juga menjadi investasi jangka panjang untuk membangun generasi sehat, cerdas, dan produktif. Di balik setiap piring makanan yang tersaji, terdapat misi besar negara untuk menghapus ketimpangan gizi dan menggerakkan ekonomi rakyat hingga ke pelosok desa.
Gagasan MBG berawal dari keprihatinan Presiden terhadap kondisi anak-anak di daerah yang mengalami kekurangan gizi dan stunting. Dalam banyak kunjungan, Kepala Negara menyaksikan langsung anak-anak yang pertumbuhannya terhambat akibat keterbatasan asupan gizi. Dari situ, lahirlah kebijakan yang menempatkan gizi anak sebagai prioritas pembangunan nasional. Presiden menilai bahwa masalah gizi tidak hanya menyangkut kesehatan, tetapi juga berhubungan dengan masa depan bangsa, karena generasi yang lemah gizi akan sulit bersaing di era global.
Program MBG kini telah menjangkau lebih dari tiga puluh lima juta anak dan ibu hamil melalui lebih dari sebelas ribu dapur yang tersebar di berbagai wilayah. Pemerintah memperkuat standar pengawasan agar setiap makanan yang tersaji memenuhi aspek kebersihan, keamanan, dan nilai gizi. Meski masih ditemukan tantangan di lapangan, langkah perbaikan terus dilakukan secara sistematis. Pendekatan berkelanjutan ini menunjukkan bahwa MBG bukan program jangka pendek, tetapi bagian dari strategi pembangunan manusia Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.
Ahli gizi dari Cornell University, Mochammad Rizal, menilai bahwa program ini memiliki nilai strategis karena tidak hanya menyentuh aspek kesehatan, tetapi juga aspek ekonomi dan pendidikan. Menurutnya, anak-anak yang memperoleh gizi seimbang cenderung memiliki kemampuan belajar yang lebih baik dan peluang ekonomi yang lebih besar di masa depan. Dengan kata lain, MBG merupakan fondasi penting dalam memperkuat kualitas sumber daya manusia dan menyiapkan generasi emas Indonesia.
Namun dampak MBG tidak berhenti di meja makan. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menegaskan bahwa program ini akan menjadi penggerak utama bagi sektor pertanian, peternakan, dan perikanan nasional. Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2026 mendatang, pelaksanaan MBG akan meningkat signifikan dan menyentuh lebih dari 82,9 juta penerima manfaat. Dengan skala sebesar itu, kebutuhan bahan pangan juga melonjak tajam, termasuk kebutuhan telur, ayam, ikan, sayur, dan buah yang masing-masing mencapai 82,9 juta porsi per hari. Kondisi ini menciptakan peluang besar bagi para petani, peternak, dan pelaku usaha pangan di daerah untuk meningkatkan produksinya.
Zulkifli Hasan mengajak para petani dan peternak agar mempersiapkan diri menghadapi lonjakan permintaan tersebut. Ia menekankan bahwa semua komoditas, termasuk padi, jagung, dan singkong, akan dibeli oleh pemerintah untuk mendukung keberlangsungan program MBG. Saat ini, Bulog bersama Koperasi Desa Merah Putih telah menyiapkan gudang penyimpanan bahan pangan untuk memastikan pasokan tetap stabil. Kebijakan ini memperlihatkan bagaimana MBG tidak hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga menciptakan sirkulasi ekonomi yang berkelanjutan dari sektor hulu ke hilir.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut memperkuat pelaksanaan MBG melalui panduan implementasi di satuan pendidikan. Sekolah diminta melakukan pemantauan rutin terhadap kualitas makanan, termasuk mencatat sisa makanan dan insiden keamanan pangan. Langkah ini bertujuan membangun budaya makan sehat dan memastikan setiap rupiah anggaran gizi memberi manfaat maksimal bagi anak-anak penerima. Upaya ini juga diharapkan dapat mengubah pola konsumsi anak-anak yang sebelumnya terbiasa dengan makanan tinggi gula, garam, dan lemak menuju kebiasaan makan sehat dan alami.
Pemerintah pun mendapat apresiasi publik karena berhasil menjalankan program MBG. Berdasarkan survei Lembaga Media Survei Nasional atau Median, sebanyak 63,9 persen masyarakat menyatakan puas terhadap pelaksanaan MBG, sementara 48,9 persen berharap program ini terus dilanjutkan. Publik menilai MBG mampu meningkatkan gizi anak, meringankan beban ekonomi keluarga, dan tepat sasaran. Survei tersebut memperlihatkan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap keberlanjutan program ini sebagai bagian dari Asta Cita Presiden.
Dukungan serupa datang dari Forum Generasi Milenial Indonesia yang menilai bahwa MBG bukan hanya membantu anak-anak, tetapi juga menghidupkan ekonomi daerah dan menciptakan lapangan kerja baru. Koordinator FGMI, Muhamad Suparjo, menjelaskan bahwa perputaran uang dari dapur MBG memberi dampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat karena bahan pangan lokal dibeli setiap hari. Suparjo juga berharap program ini segera menjangkau seluruh daerah agar setiap anak Indonesia mendapat hak yang sama untuk menikmati makanan bergizi dari pemerintah.
Program MBG kini menjadi simbol hadirnya negara di tengah masyarakat yang menautkan tiga kepentingan strategis sekaligus yaitu peningkatan kualitas gizi, pemberdayaan ekonomi rakyat, dan pembangunan manusia berkelanjutan. Setiap tahap pelaksanaan MBG membawa efek ganda bagi ekonomi desa, meningkatkan daya beli masyarakat, dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Pemerintah meyakini bahwa bangsa yang kuat bukan hanya ditandai oleh infrastruktur megah, melainkan oleh anak-anak yang tumbuh sehat dan berdaya.
)* Analis Kebijakan Publik











Leave a Reply