JAKARTA – Peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia pada 10 Desember tahun ini di Indonesia berlangsung dengan nuansa yang lebih humanis dan mendalam. Kementerian Hak Asasi Manusia Republik Indonesia menggelar penayangan serta bedah film ‘Pangku’, sebuah karya sinema yang mengangkat isu eksploitasi perempuan dalam realitas sosial. Kegiatan ini hadir sebagai ruang refleksi publik agar nilai kemanusiaan dapat dipahami melalui medium seni yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Acara tersebut menghadirkan Natalius Pigai selaku Menteri HAM, Reza Rahadian sebagai sutradara film, Adhie Massardi sebagai pemerhati HAM dan film, serta Yosef S Nggarang yang merupakan Staf Khusus Menteri HAM Bidang Pemenuhan HAM. Kolaborasi para narasumber ini membuat diskusi berlangsung hangat dan berorientasi pada penguatan kebijakan berbasis empati.
Dalam pemaparannya, Yosef S Nggarang menilai film ‘Pangku’ memperlihatkan realitas kemiskinan dan beban sosial yang kerap menimpa perempuan serta anak di berbagai daerah.
“Film ini memberikan gambaran faktual yang dapat menjadi bahan penting bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan pemenuhan HAM secara lebih tajam,” ujar Yosef S Nggarang.
Ia menekankan bahwa menjelang Hari HAM Sedunia, publik diajak untuk semakin menghormati martabat manusia tanpa memandang latar belakang.
Sementara itu, Reza Rahadian menjelaskan bahwa film ini terinspirasi dari fenomena sosial ‘Kopi Pangku’ di wilayah Pantura, yang menggambarkan perjuangan perempuan dalam tekanan ekonomi.
“Harapannya begini, ‘Pangku’ dapat membuat penonton merasakan apa yang mereka lihat dan pulang membawa perasaan yang mereka pilih sendiri,” tambah Reza Rahadian.
Menurutnya, proses riset dilakukan dengan mendalami pengalaman para perempuan pekerja yang berjuang memenuhi kebutuhan dasar keluarga.
Para pengamat menilai pendekatan sinema ini relevan dengan perkembangan advokasi HAM modern, yang tak hanya berbasis laporan hukum semata tetapi juga narasi empatik. Pemerintah berharap karya audiovisual mampu memperluas pemahaman publik dan memicu dialog antarwarga untuk mendorong penghormatan HAM secara berkelanjutan.
Pada sisi lain, dunia kampus turut menyemarakkan peringatan Hari HAM melalui cara yang lebih edukatif. Ketua Koordinator Organisasi Mahasiswa Universitas Pamulang, Ahmad Muajir, memastikan bahwa seluruh rangkaian peringatan akan berlangsung tanpa aksi demonstrasi.
“Setelah berdiskusi dan berkoordinasi, disepakati bahwa peringatan Hari HAM dilakukan melalui kegiatan edukatif dan tidak melalui aksi turun ke jalan,” tegas Ahmad Muajir.
Kampus akan menggelar seminar, diskusi panel, lokakarya, dan kegiatan refleksi yang menghadirkan tokoh HAM, akademisi, serta lembaga sosial. Ahmad Muajir menambahkan bahwa metode berbasis edukasi membuat mahasiswa dapat memahami isu HAM secara lebih substantif.
“Pendekatan ini dipilih agar pembelajaran HAM berjalan lebih kondusif dan mampu membentuk kesadaran kritis,” tutup Ahmad Muajir.
Perpaduan antara dialog kreatif melalui film dan penguatan literasi HAM di lingkungan kampus mencerminkan semangat nasional dalam memperingati Hari HAM Sedunia. Tahun ini, agenda peringatan menghadirkan pesan yang kuat: penghormatan terhadap martabat manusia dapat tumbuh melalui pemahaman, empati, dan ruang-ruang edukatif yang inklusif.














Leave a Reply