Oleh: Ivan Fauzi )*
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) terus menunjukkan peran strategisnya sebagai akselerator proyek pembangunan nasional. Dalam waktu singkat, lembaga ini berhasil membentuk kemitraan multisektor yang mencerminkan pendekatan kolaboratif pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Kepercayaan internasional terhadap arah pembangunan Indonesia tampak nyata melalui kerja sama antara Danantara dan berbagai institusi global.
Kesepakatan antara Danantara dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC) menjadi tonggak penting dalam memperluas akses pendanaan hijau dan digital di Indonesia. Kerja sama ini tidak hanya memperlihatkan tingginya daya tarik Indonesia di mata investor luar negeri, tetapi juga mencerminkan upaya konkret pemerintah untuk mendorong transisi ekonomi ke arah yang lebih ramah lingkungan dan berbasis teknologi. Fokus pengembangan mencakup sektor-sektor vital seperti energi terbarukan, pengelolaan air dan limbah, dekarbonisasi, serta infrastruktur digital seperti green data center.
JBIC menyatakan kesiapan menyediakan berbagai instrumen keuangan, termasuk pinjaman dan penjaminan, untuk mendukung proyek-proyek tersebut. Kerja sama lintas sektor ini menjadi refleksi nyata dari pendekatan strategis pemerintah dalam membangun ekosistem investasi yang kompetitif sekaligus berkelanjutan.
Chief Executive Officer Danantara Indonesia, Rosan Roeslani, menyebut kolaborasi ini sebagai bukti tingginya kepercayaan dunia terhadap prioritas pembangunan Indonesia. Menurutnya, Danantara Indonesia berkomitmen mengarahkan investasi strategis pada proyek-proyek berdampak besar yang sejalan dengan standar global. Kemitraan ini juga menegaskan peran Indonesia dalam arsitektur ekonomi global yang semakin menekankan prinsip hijau dan digital.
Tidak berhenti di situ, Danantara juga membentuk aliansi dengan sejumlah mitra internasional lainnya. Bersama Qatar Investment Authority (QIA), lembaga ini mengelola dana investasi senilai 4 miliar dolar AS untuk pembangunan domestik. Dalam kerja sama dengan Russian Direct Investment Fund (RDIF), Danantara menginisiasi platform investasi bersama senilai 2 miliar euro, yang diproyeksikan memperkuat konektivitas ekonomi bilateral.
Kemitraan Danantara dengan perusahaan energi Arab Saudi, ACWA Power, juga menjadi langkah strategis untuk memperluas portofolio investasi di sektor energi bersih. Nilai pendanaan yang disepakati dalam kerja sama ini mencapai 10 miliar dolar AS. Proyek-proyek hasil kolaborasi ini tidak hanya akan mendorong efisiensi energi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru serta memperluas transfer teknologi.
Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, menilai bahwa setiap kemitraan yang terjalin sejauh ini merupakan bagian dari strategi besar untuk memperkuat ketahanan industri nasional. Salah satu proyek penting yang dikawal adalah pembangunan pabrik Chlor Alkali–Ethylene Dichloride (CA-EDC) melalui kerja sama antara Danantara, Indonesia Investment Authority (INA), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA). Nilai investasi yang dialokasikan mencapai 800 juta dolar AS atau sekitar Rp13 triliun, dengan potensi besar mendukung Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pandu menjelaskan bahwa sektor kimia merupakan fondasi penting dalam rantai nilai industri, terutama dalam mendukung proses transisi energi dan pemurnian mineral strategis. Dengan adanya proyek ini, diharapkan Indonesia bisa mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku utama seperti soda kaustik dan ethylene dichloride, sehingga meningkatkan kemandirian industri dalam negeri.
CEO INA, Ridha Wirakusumah, menambahkan bahwa kerja sama dengan Danantara dan Chandra Asri merupakan bentuk konkret dari mandat jangka panjang INA untuk menggerakkan investasi produktif yang berpihak pada kebutuhan strategis nasional. Ia menilai gabungan kekuatan institusi keuangan negara dan perusahaan industri mampu menjadi poros penting dalam memperkuat daya saing nasional. Kolaborasi ini dinilai akan membentuk fondasi industri yang tangguh, scalable, dan siap menjawab tantangan global yang kian kompleks.
Semua pihak sepakat bahwa pembangunan pabrik CA-EDC ini tidak hanya penting dari sisi ekonomi, tetapi juga memiliki dampak sosial dan lingkungan yang signifikan. Proyek ini diproyeksikan menyerap tenaga kerja lokal, meningkatkan nilai tambah dalam negeri, serta mendorong hilirisasi produk-produk kimia strategis.
Dalam pelaksanaannya, proyek ini dijalankan oleh PT Chandra Asri Alkali, anak usaha dari Chandra Asri Group. Tahap awal mencakup pembangunan fasilitas produksi dengan kapasitas 400 ribu ton soda kaustik dan 500 ribu ton ethylene dichloride per tahun. Pada fase selanjutnya, proyek ini akan fokus pada pengembangan produk-produk turunan klorin yang memiliki nilai tambah tinggi.
Studi kelayakan tengah dilakukan untuk mengevaluasi berbagai potensi hilirisasi produk klorin, yang tidak hanya akan memperkuat rantai pasok industri nasional, tetapi juga membuka peluang ekspor. Dengan struktur pendanaan yang kuat, dukungan kebijakan dari pemerintah, serta keterlibatan investor global, proyek ini dipandang mampu menjadi contoh nyata bagaimana investasi strategis dapat mendorong kemandirian industri dan keberlanjutan ekonomi nasional.
Melalui kolaborasi multisektor ini, pemerintah berharap Danantara dapat menjadi poros penting dalam transformasi ekonomi Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau, tangguh, dan berdaya saing tinggi. Dengan arah kebijakan yang konsisten, penguatan ekosistem investasi, serta komitmen pada tata kelola yang baik, Indonesia diyakini mampu memanfaatkan momentum ini untuk menciptakan lompatan kemajuan yang berkelanjutan.
)* Pengamat Ekonomi
Leave a Reply