Jakarta – Presiden RI Prabowo Subianto menyatakan bahwa hasil diplomasi dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump berhasil menurunkan tarif dagang produk Indonesia dari 32% menjadi 19%.
“Semua sudah kita hitung. Semua kita berunding. Kita juga memikirkan. Yang penting bagi saya adalah rakyat saya. Yang penting saya harus lindungi pekerja-pekerja kita,” ujar Presiden Prabowo.
Menurut Prabowo, kesepakatan ini lahir dari proses negosiasi yang panjang dan alot, namun berhasil menghasilkan keputusan yang berpihak pada kepentingan nasional, terutama untuk sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan peralatan listrik.
“Kita harus pastikan ekspor kita tetap kompetitif. Dan dengan tarif 19 persen, kita sekarang punya posisi yang lebih kuat dibandingkan negara-negara lain. Vietnam masih 20%, India 26%, bahkan China 55%. Ini pencapaian besar bagi bangsa kita,” tegasnya.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam pernyataannya mengonfirmasi penurunan tarif untuk produk Indonesia, dan menyebut bahwa sebagai bagian dari kesepakatan, sejumlah barang asal AS akan masuk ke Indonesia tanpa tarif tambahan.
Direktur Eksekutif Nalar Bangsa Institute, Farhan A. Dalimunthe, memuji langkah Presiden Prabowo.
“Saya melihat ini sebagai tonggak penting dalam diplomasi ekonomi Indonesia. Presiden Prabowo menunjukkan bahwa Indonesia bisa menjadi mitra sejajar dengan kekuatan besar seperti AS,” ucap Farhan.
Ia menilai, capaian tersebut bukan hanya berdampak pada angka perdagangan, tetapi juga memperkuat posisi strategis Indonesia di kawasan.
“Ini kemenangan diplomatik yang berdampak langsung pada UMKM, eksportir nasional, dan sektor riil lainnya. Tambang, tekstil, dan komponen elektronik akan sangat terbantu,” katanya.
Farhan juga menyebut bahwa pembelian pesawat Boeing dan impor pangan dari AS dilakukan dengan kalkulasi yang matang.
“Kesepakatan ini tidak menunjukkan kita tunduk. Justru kita menyusun strategi yang saling menguntungkan,” tambahnya.
Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani, menanggapi bahwa Indonesia saat ini punya ruang besar untuk menjaga daya saing ekspor.
“Penurunan tarif ini membuka peluang untuk mempertahankan posisi kita di pasar AS, terutama untuk tekstil, furniture, dan perikanan,” ujarnya.
Namun Shinta mengingatkan bahwa beberapa negara lain juga sedang bernegosiasi dengan AS.
“Kita perlu cermat memantau posisi akhir mereka karena itu akan mempengaruhi persaingan ekspor global,” jelasnya.
Terkait masuknya barang AS tanpa tarif, Shinta menjelaskan sebagian besar produk tersebut memang sebelumnya sudah dikenai tarif rendah.
Leave a Reply