Penggunaan Material Baru Inovasi Pemerintah Hadirkan Rumah Subsidi

akarta – Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Fahri Hamzah, mengatakan kementeriannya mempunyai inovasi baru untuk menyediakan tiga juta rumah subsidi. Inovasi tersebut adalah penggunaan bata interlock, yang dinilai lebih kuat dan efisien dibanding material konvensional seperti bata merah.

“Rumah pekerja sering dicap seadanya. Padahal, kita bisa hadirkan rumah yang kokoh dan layak huni dengan biaya tetap terjangkau. Produk interlock ini salah satu solusi lokal yang bisa jadi andalan nasional,” ujar Fahri.

Fahri menuturkan bahwa penyediaan rumah pekerja ke depan akan dilakukan dengan skema baru yang tidak hanya menekankan aspek murah, tetapi juga kekuatan material dan kelayakan huni. Menurutnya, bata interlock menjadi jawaban atas tantangan pembangunan rumah subsidi yang berkualitas dalam jumlah besar.

“Jadi bukan hanya menekankan aspek murah, tetapi juga kekuatan material dan kelayakan huni,” katanya.

Bata interlock merupakan produk hasil riset terapan (applied research) yang memiliki mekanisme penguncian antar-balok, serupa sistem lego. Bata ini didesain tahan gempa karena mampu mentransfer gaya seismik secara setara ke seluruh struktur bangunan.

Keunggulan lainnya adalah efisiensi proses konstruksi. Durasi pembangunan rumah dengan bata interlock lebih cepat karena tidak memerlukan perendaman bata, cetakan pengecoran, aplikasi bahan perekat, plesteran, atau acian sehingga mampu mengurangi biaya material, tenaga kerja, dan biaya transportasi. Selain itu, proses konstruksinya hemat waktu hingga tiga kali lipat.

Bata interlock juga memberikan keuntungan dari sisi kenyamanan termal. Bata ini memiliki kepadatan yang lebih rendah dibandingkan bata konvensional, sehingga memungkinkan sirkulasi udara yang baik di dalam rumah.

Alhasil, interior rumah menjadi lebih sejuk. Fahri juga mendorong pembangunan perumahan pekerja berbasis inovasi dan kolaborasi di kawasan industri.

“Banyak dari teman-teman pekerja yang harus menempuh jarak cukup jauh setiap hari. Ini tidak ideal dan menjadi dasar kenapa kita ingin menghadirkan solusi,” kata Fahri.

Dalam skema ini, pemerintah mendorong sinergi antara BUMN seperti BTN sebagai lembaga pembiayaan, produsen material seperti Semen Indonesia, pengembang, dan pemilik lahan lokal. Bahkan, tanah milik masyarakat yang tidak terlalu jauh dari kawasan industri akan dipertimbangkan untuk lokasi pembangunan.

Fahri menekankan pentingnya skema pembiayaan yang menyesuaikan dengan kondisi lokal. Ia menyatakan bahwa solusi perumahan pekerja tidak harus bergantung pada antrian panjang program nasional seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

“Produk interlock ini salah satu solusi lokal yang bisa jadi andalan nasional,” pungkas Fahri.

[w.R]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *