Program Makan Bergizi Gratis sebagai Komitmen Pembangunan SDM Indonesia Emas

Oleh: Dwiky Aleksa )*
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini menjadi salah satu tonggak utama pemerintah dalam membangun fondasi sumber daya manusia unggul menuju Indonesia Emas 2045. Program ini tidak hanya sekadar menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak sekolah, tetapi juga menjadi wujud nyata investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Melalui MBG, pemerintah berupaya memperkuat kesehatan generasi muda agar tumbuh cerdas, produktif, dan berdaya saing tinggi di tengah tantangan global.
Kebijakan ini lahir dari kesadaran bahwa kemajuan ekonomi tidak akan tercapai tanpa manusia yang sehat dan berkualitas. Indonesia selama ini masih menghadapi persoalan gizi ganda, yakni stunting, anemia, dan obesitas. Masalah ini terutama dialami oleh anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah yang memiliki keterbatasan akses terhadap makanan bergizi. Pemerintah menilai bahwa perbaikan gizi sejak dini menjadi langkah strategis untuk memutus rantai kemiskinan dan meningkatkan produktivitas nasional.
Ahli gizi Mochammad Rizal, yang sedang menempuh studi doktoral di Cornell University, menilai bahwa MBG merupakan langkah nyata untuk mengatasi permasalahan gizi yang kompleks. Menurutnya, masalah gizi bukan hanya berkaitan dengan pertumbuhan fisik, tetapi juga dengan kualitas hidup dan potensi ekonomi seseorang di masa depan. Anak-anak dengan gizi yang baik memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh dengan kecerdasan dan kemampuan kognitif optimal.
Rizal menjelaskan bahwa dampak langsung dari program ini dapat terlihat dari peningkatan status kesehatan masyarakat. Penurunan angka anemia dan stunting menjadi indikator awal keberhasilan MBG. Dalam jangka panjang, generasi yang sehat akan lebih mampu berkontribusi terhadap pembangunan nasional. Ia menegaskan bahwa perbaikan gizi anak hari ini adalah investasi untuk menciptakan generasi yang kuat di masa depan.
Selain memperbaiki status gizi anak, MBG juga berperan dalam meningkatkan semangat belajar. Anak-anak yang mendapatkan makanan bergizi di sekolah akan memiliki energi dan konsentrasi lebih baik. Hal ini diyakini dapat berdampak positif terhadap prestasi akademik mereka. Dengan demikian, program ini tidak hanya menyentuh aspek kesehatan, tetapi juga mendukung kemajuan pendidikan nasional secara menyeluruh.
Namun, Rizal mengingatkan bahwa pelaksanaan di lapangan masih memiliki tantangan. Ia menyoroti keterbatasan jumlah tenaga ahli gizi yang harus mengawasi ribuan porsi makanan setiap hari. Beban kerja ini, jika tidak diatur dengan baik, bisa memengaruhi kualitas pengawasan keamanan pangan. Untuk itu, pemerintah menerapkan regulasi baru yang membatasi kapasitas maksimal produksi per dapur MBG agar standar kebersihan dan keamanan tetap terjaga.
Rizal menilai kebijakan tersebut sebagai langkah perbaikan penting. Ia juga menekankan bahwa edukasi gizi harus menjadi bagian dari program. Anak-anak dan orang tua perlu diberi pemahaman tentang pentingnya pola makan seimbang agar manfaat MBG dapat berlanjut di rumah. Dengan keterlibatan masyarakat, program ini tidak hanya bersifat sementara, melainkan menjadi gerakan nasional membangun budaya makan sehat.
Dukungan terhadap MBG juga datang dari kalangan legislatif. Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani, menilai bahwa program ini merupakan investasi besar bangsa dalam mencetak generasi unggul. Menurutnya, kualitas gizi merupakan fondasi penting dalam membangun SDM yang produktif dan berdaya saing. DPR berperan aktif memastikan keberlanjutan program ini melalui pengawasan anggaran, penegakan regulasi, dan evaluasi berkala di berbagai daerah.
Netty juga menekankan pentingnya pengawasan kualitas makanan dan transparansi dalam setiap tahapan pelaksanaan program. Ia menilai bahwa keterlibatan keluarga tetap menjadi kunci utama dalam menjaga ketahanan gizi anak-anak. Pola makan seimbang harus dimulai dari rumah, karena pendidikan gizi pertama datang dari orang tua. Pemerintah dapat memberikan fasilitas dan dukungan, namun keberhasilan sejati akan dicapai melalui partisipasi aktif masyarakat.
Sementara itu, Ketua Badan Aspirasi Masyarakat DPR RI, Ahmad Heryawan, menyebut MBG sebagai strategi nasional dalam menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Ia menilai program ini memiliki dampak ganda, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi. Dengan memastikan anak usia sekolah dan kelompok rentan memperoleh asupan gizi yang cukup, Indonesia sedang membangun generasi masa depan yang sehat dan berprestasi.
Heryawan menambahkan bahwa MBG juga memberi efek positif terhadap perekonomian lokal. Permintaan bahan pangan meningkat, membuka peluang bagi petani, nelayan, dan pelaku UMKM untuk menjadi bagian dari rantai pasok program. Produk seperti telur, sayur, ikan, dan daging segar menjadi komoditas yang terserap langsung oleh dapur MBG di berbagai daerah. Dampak ini secara tidak langsung menggerakkan ekonomi kerakyatan dan memperkuat daya tahan ekonomi desa.
Dengan melibatkan pelaku usaha lokal, MBG tidak hanya menyehatkan anak-anak, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi nasional. Pemerintah ingin memastikan bahwa manfaat program dirasakan menyeluruh—baik oleh penerima manfaat langsung maupun seluruh ekosistem yang mendukung pelaksanaannya.
Pemerintah menegaskan bahwa keberhasilan MBG akan menjadi tolok ukur dalam pencapaian visi Indonesia Emas 2045. Program ini merupakan bentuk nyata komitmen negara untuk mempersiapkan generasi yang sehat, cerdas, dan berdaya saing.
Melalui pendekatan yang berkelanjutan dan pengawasan ketat, MBG akan menjadi simbol konsistensi pemerintah dalam memperkuat ketahanan gizi nasional. Setiap langkah yang diambil diarahkan untuk memastikan tidak ada anak Indonesia yang tertinggal karena kekurangan gizi. Dengan sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas, Indonesia akan semakin siap mewujudkan cita-cita besar menuju masa depan gemilang.
)* Pengamat Kebijakan Publik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *